DENGAN MENYEBUT NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

Rabu, 14 Desember 2011

UNESCO-APEID International Conference

         Jakarta, 5 Desember 2011 kami tiba di stasiun Jatinegara Jakarta, yang kemudian menuju ke Hotel Grand Menteng di Jalan Matraman Raya 21 untuk beristirahat. Esok harinya 6 Desember 2011 pukul 8.00 kami bergegas menuju hotel Sultan yang terletak di jalan Gatot Subroto Jakarta pusat, tempat di selenggarakannya “15 th UNESCO-APEID International Conference” dengan kendaraan taksi.
            Kegiatan tersebut dilaksanakan selama tiga hari, yakni mulai tanggal 6-8 Desember 2011, yang di mulai pada pukul 09.00-20.30 Wib. Kendaraan yang digunakan untuk mobilitas pulang dan pergi yakni taksi, metromini, dan bajaj. Hotel Grand menteng adalah tempat para mahasiswa menginap, namun penyelengaraan acara “15 th UNESCO-APEID International Conference” di Hotel Sultan. Pihak hotel Grand Menteng menyediakan tempat untuk menginap selama 4 hari.
Konferensi tersebut di ikuti oleh para Akademisi, Budayawan, Pengusaha terkemuka, mahasiswa dari dalam dan luar negeri dan masih banyak lagi. Dengan mengalir dan tanpa disadari hanyut dalam suasana tersebut maka terjadi interaksi saling bertukar informasi mengenai kegiatan perkuliahan, kondisi kampus dan kegiatan-kegiatan mahasiswa antara lain dengan Mahasiswa Univ. Nusantara, UIN Yogyakarta, AMIKOM Yogyakarta, Institut Teknologi Indonesia, bahkan dengan Mahasiswa Universitas Harvard (AS), Mahasiswa Phillipina, budayawan, dosen dll. Beberapa diantara mereka memberi kartu nama dan nomor telpon baik dari mahasiswa dalam negeri maupun dari para akademisi di luar negeri.
            Segala puji bagi Allah swt, atas rahmat yang diberikan sehingga kami dapat mengikuti keseluruhan acara yang telah di jadwalkan dengan baik dan tepat waktu. Sungguh banyak ilmu-ilmu baru, motivasi serta ide-ide kreatif/Inspirasi yang kami temukan dalam kegiatan tersebut. Dalam presentasi Mira Lesmana misalnya, kami mahasiswa Univ.Widyagama Malang, sempat bertanya mengenai tantangan yang dihadapi Mira Lesmana ketika ia meyakinkan rekan-rekannya untuk membuat film yang bergenre pendidikan ditengah maraknya film horor yang bernuansa seks, “How you can make your partner sure about the genre you have choice? Because we know Indonesian’s film with educational genre is never before, just only film with genre Horror and sexs and I’m sure your partner was skeptic about your genre.
Wartawan Harian Ekonomi “Neraca” misalnya, sempat meminta tanggapan kami, perihal konferensi yang di selenggarakan oleh UNESCO tersebut. Kami berpendapat bahwasanya pendidikan merupakan sumber kemajuan peradaban dan kebudayaan umat manusia. Apabila suatu masyarakat memiliki tingkat pendidikan yang tinggi maka akan tercermin suatu pola kehidupan yang cerdas, terbuka, kreatif dan mandiri dan bergairah. Dalam kemandirian itu, orang-orang dipetemukan untuk bertukar wawasan dan pengetahuan untuk meningkatkan kualitas diberbagai sektor kehidupan secara layak. Kegiatan ini dapat menumbuhkan kreatifitas mahasiswa dan akan mendorong kemandirian para mahasiswa untuk menjadi seorang yang kreatif, produktif dan memiliki jiwa entrepeneur yang unggul serta memiliki daya saing. Kami merasa beruntung mendapatkan kesempatan yang sedemikian rupa sehingga dapat mebuka cakrawala fikiran sehingga terhindar dari kebuntuan berfikir.

Data-data yang telah diperoleh berupa artikel, dan beberapa file yang didapati tentunya akan menjadi penyemangat dan penambah wawasan, penggugah Inspirasi yang akan selalu hidup dan bermanfaat setiap saat. Pengalaman, Wawasan, Inspirasi, motivasi dan Ilmu pengetahuan yang telah didapatkan tentunya tidak terlepas dari dukungan Pusat Pendidikan Kewirausahaan (P2K) Universitas Widyagama Malang. Oleh karenanya kami ucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya. .
Wabillahitaufik Walhidayah
Wassalamualaikum.wr.wb